Senin, 27 Juli 2009

Museum Afandi: Jejak Kaki Sang Maestro


Menginjakkan kaki di kota yang konon terkenal dengan ikon-ikon budaya, Yogyakarta, menginsipirasikan saya untuk mengunjungi tempat-tempat berkesan. Beruntung saya berkenalan dan kemudian tinggal dengan teman yang juga memiliki hobi traveling. Pada bulan-bulan pertama tinggal dikota ini, kami masih memiliki keterbatasan jarak tempuh karena kendala transportasi. Dan Museum Afandi menjadi tujuan kunjungan kami yang pertama dengan alasan kemudahan transposrtasi.
Museum yang berlokasi di Jalan Raya Yogyakarta-Solo atau Jl. Laksda Adisutjipto 167 Yogyakarta. Mudahnya, museum yang dulu menjadi rumah pribadi Afandi ini berada tepat di tepi barat Sungai Gajah Wong, berjarak sekitar 500M sebelum Plasa Ambarukmo dari arah pasar Gejayan. Dengan menggunakan bus umum jalur 7 dari arah jalan Gejayan, kami sampai dalam 7 menit. Sekilas dari luar, tidak terlihat tempat istimewa ini, karena banyak beberapa pohon besar di kompleks museum, hanya papan nama tidak terlalu besar terpampang di pintu gerbang. Namun, jika masuk lebih dalam, baru terlihat keunikan lokasi yang dirancang sendiri oleh Afandi ini.



Kompleks museum terdiri dari 3 buah galeri. Pembelian tiket sekaligus tempat maha karya Afandi dipajang berada di galeri I. Kami sebagai pengunjung domestik dikenai biaya masuk 20.000 belum termasuk biaya kamera. Pada tahun 1962, galeri ini dibuka oleh affandi dan diresmikan tahun 1974. Di ruangan yang cukup lebar ini, sejumlah lukisan Affandi dari awal berkarya hingga masa akhir hidupnya serta beberapa barang berharga miliknya seperti mobil Colt Gallan tahun 1976 berwarna kuning kehijauan yang telah dimodifikasi serupa bentuk ikan, sepeda onthel kuno, reproduksi patung berbentuk dirinya dan putrinya yang bernama Kartika. Lukisan Afandi lebih banyak berbentuk sketsa-sketsa menyerupai lukisan belum jadi, hanya beberapa diantaranya yang berbentuk lukisan rapi yang kebanyakan menggambarkan diri dan anak-istrinya. Karena minimnya pengetahuan seni lukis, kami hanya bisa menikmati, belum mampu mengamati termasuk aliran seni lukis yang diacu Afandi, pola percampuran warna dan sebagainya.
Keluar dari Galeri I, kami menuju Galeri II. Diantara kedua galeri tersebut, terdapat taman kecil dimana Afandi dan istrinya dimakamkan. Galeri II yang diresmikan tahun 1988 tersebut memuat sejumlah lukisan para pelukis. Di lantai II, terdapat tangga menuju ruangan terbuka mirip menara. Disana kami bisa melihat arus deras sungai Gajah Wong dan keseluruhan kompleks musem.
Tak jauh dari Galeri II, berdiri Galeri III berbentuk garis melengkung dengan atap menyerupai pelepah daun pisang. Ruangan ini bersifat multifungsi karena lantai I dapat difungsikan sebagai ruang pameran dan lokasi Sanggar Gajah Wong. Biasanya anak-anak belajar melukis di ruangan ini. Di lantai II terdapat sebuah ruangan luas untuk perawatan lukisan. Di lantai dasar atau mirip lantai bawah tanah karena tempatnya menjorok di bawah difungsikan sebagai tempat penyimpanan koleksi lukisan.
Keluar dari ketiga galeri, kami menjumpai sebuah bangunan yang unik karena berbentuk rumah panggung, atapnya berbahan sirap dan berbentuk pelepah daun pisang. Di lantai I, ada Kafe Loteng dimana kami bisa menukarkan tiket dengan minuman ringan, sedangkan lantai II dahulu digunakan sebagai kamar pribadi Affandi. Lokasi ini dibuat nyaman dengan seperangkat meja-kursi taman sekaligus rerimbunan bunga dan pepohonan yang teduh. Dari kursi tempat kami bersantai, kami bisa melihat kolam renang melingkar yang dibangun Afandi untuk anaknya. Tempatnya agak menjorok ke bawah sehingga bentuk dan keunikan kolam terlihat jelas.
Keunikan kompleks museum Afandi dilengkapi dengan sebuah bangunan kecil berbentuk gerobak yang saat ini berfungsi sebagai mushola. Dahulu semasa hidupnya, ruangan ini berfungsi sebagai tempat peristirahatan Maryati, istri Affandi.
Sayang sekali, kami tidak sempat mengabadikan beberapa sudut yang berkesan, hanya beberapa dokumentasi berikut.

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Blog ini

Blog ini lahir karena motivasi penulis untuk mengabadikan beragam dokumentasi pribadi, baik berupa tulisan maupun gambar. Pengalaman pendidikan penulis di bidang bahasa dan budaya memberikan warna tersendiri dalam pemilihan tema, koleksi tautan, dan topikalisasi tulisan. Selamat Membaca dan Turut Memberi Warna

  © Blogger template Starry by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP