Senin, 27 Juli 2009

Candi Penataran


Tidak hanya sekali, saya mengunjungi candi Penataran karena berada dalam satu kota. Beberapa diantaranya untuk keperluan mengantar teman dari luar daerah yang kebetulan berkunjung ke Blitar. Begitupun saat saya mengabadikan baik gambar maupun narasi sejarah peninggalan purbakala ini. Bersama seorang teman dari Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, saya bersemangat menelusuri kompleks candi yang cukup luas tersebut.
Candi Panataran terletak di sebelah utara Blitar, tepatnya di lereng barat-daya Gunung Kelud pada ketinggian 450 meter, desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Blitar. Lokasinya berjarak sekitar 12 kilometer dari Kota Blitar ini konon disebut sebagai komplek percandian terluas di Jawa Timur. Tercatat dalam laporan Dinas Purbakala tahu 1914-1915 nomor 2045 dan catatan Verbeek nomor 563.



Candi ini ditemukan pada tahun 1815 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, seorang Letnan Gubernur Jenderal pemerintah kolonial Inggris yang berkuasa di Negara Indonesia. Raffles bersama dengan Dr.Horsfield seorang ahli Ilmu Alam mengunjungi Candi Penataran sebelumnya mengabadikan hasilnya dalam buku "History of Java". Apa yang dilakukan petinggi Belanda itu diikuti oleh peneliti lain, seperti J.Crawfurd, Van Meeteren Brouwer (1828), Junghun (1884), Jonathan Rigg (1848) dan N.W.Hoepermans (1886)
Di pintu utama areal candi, terdapat dua arca yang disebut Dwaraphala atau oleh masyarakat Blitar disebut "Mba Bodo". Terpahat dalam arca tersebut, angka dalam huruf Jawa Kuno : tahun 1242 Saka atau 1320 Masehi. Beberapa sumber sejarah menyebutkan bahwa pahatan angka tersebut menunjukkan diresmikannya Candi Penataran menjadi kuil negara baru pada jaman Raja Jayanegara dari Majapahit yang memerintah pada tahun 1309-1328 Masehi.
Di sebelah timur Arca terdapat sisa-sisa pintu gerbang yang terbuat dari bahan batu bata merah. Di sekitar gerbang terdapat bangunan berbentuk persegi panjang yang disebut Bale Agung yang dahulu berfungsi sebagai tempat pendeta.
Sebuah batu prasasti berdiri kokoh di sebelah selatan bale agung. Tertulis diatasnya maklumat berisi peresmian perdikan untuk kepentingan Sira Paduka Batara Palah dengan huruf Jawa Kuno bertahun 1119 Saka atau 1197 Masehi dikeluarkan oleh Raja Srengga dari Kerajaan Kediri.
Komplek Candi Panataran dibangung selama kurang lebih 250 tahun, mulai tahun 1197 pada jaman Kerajaan Kediri hingga tahun 1454 pada jaman Kerajaan Majapahit.
Candi berikutnya adalah Candi Naga yang berukuran 4,83 meter, panjang 6,57 meter dan tinggi 4,70 meter. Candi ini dikelilingi atau dililiti sembilan buah naga dan tokoh-tokoh seperti raja.
Dibagian paling belakang berdiri candi terbesar atau candi induk yang terdiri dari tiga teras bersusun dengan tinggi 7,19 meter. Terdapat arca Dwaraphala di sisi kedua tangga.
Setelah menyusuri urutan candi-candi, kami berjalan terus ke arah belakang kompleks. Disana terdapat kolam suci yang dahulu berfungsi sebagai tempat ibadah ritual. Kolam kecil ini hanya berukuran sekitar 2 x 5 meter.

Kolam tersebut merupakan penghujung dari rangkaian peninggalan purbakala di kompleks candi Penataran. Keseluruhan kompleks ini dikelilingi area persawahan dan pemukiman penduduk. Melihat kondisi masyarakat disekitarnya, kami mengasumsikan mereka tidak memiliki pendidikan tentang cagar budaya dan peninggalan purbakala, namun apresiasi dan rasa tanggungjawab akan kelestarian aset budaya ini sangat tinggi, terbukti dengan tetap terawatt dan terjaganya benda-benda purbakala tersebut.

Diambil dari pengamatan pribadi dan beberapa sumber.

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Blog ini

Blog ini lahir karena motivasi penulis untuk mengabadikan beragam dokumentasi pribadi, baik berupa tulisan maupun gambar. Pengalaman pendidikan penulis di bidang bahasa dan budaya memberikan warna tersendiri dalam pemilihan tema, koleksi tautan, dan topikalisasi tulisan. Selamat Membaca dan Turut Memberi Warna

  © Blogger template Starry by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP