Kamis, 30 Juli 2009

The Devil Wears Prada


The Devil Wears Prada adalah film drama komedi yang dirilis tepatnya tanggal 30 Juni 2006. Film bertabur bintang hollywood tersebut diadaptasi dari novel dengan judul sama karya Lauren Weisberger yang terbit tahun 2003.
Ketertarikan saya untuk menonton film yang dibintangi oleh Anne Hathaway dan artis senior hollywood, Meryl Streep ini sebenarnya karena judulnya yang unik. Saya sangka filmnya bergenre komedi horor, namun sesaat setelah menonton seperempat bagian awal, saya sangat menikmati alur demi alurnya yang ringan dan lucu.
Secara garis besar, film berdurasi 109 menit tersebut berkisah seputar gaya hidup termasuk gaya busana. Maka tak heran jika hampir seluruh adegan menyuguhkan tampilan label-label produk terkenal dunia seperti Apple computers, Starbucks, T-Mobile Sidekick 2 mobile phone, Motorola RAZR V3 silver, Lincoln Town Cars, Mercedes-Benz S-Class S550, channel, prada, dan beberapa label produk fashion terkenal lainnya. Atas keterlibatan produk-produk fashion dunia tersebut, film ini dinobatkan menjadi film dengan biaya kostum termahal.



Lebih dari itu, penokohan masing-masing karakter digarap sangat bagus, terutama Maryl Streep yang dikesempatan kemudian berhasil meraih penghargaan Golden Globe sebagai aktris komedi dan musikal terbaik.
Dikisahkan seorang jurnalis lulusan Universitas Northwestern, Andrea Sachs atau Andy (Anne Hathaway) mendapatkan panggilan kerja di sebuah penerbitan majalah sebagai asisten kepala editor, satu posisi yang konon dijuluki a million girls would kill for. Sayangnya, Andy benar-benar tidak memahami apa sesungguhnya jenis pekerjaan dan terutama dengan siapa ia bekerja. Dari sinilah, sisi menarik dari film tersebut disuguhkan. Miranda Priestly (Meryl Streep) digambarkan sebagai atasan yang sangat perfeksionis. Karena sifatnya, ia banyak ditakuti bawahannya, perintahnya adalah sesuatu tak terbantahkan, serta gemar melontarkan ungkapan pedas jika terjadi sesuatu diluar keinginannya. Bos ini sangat fashionable dan mendewakan fashioned-style.
Andy yang sangat tidak modis tersebut menjadi buah bibir para staf, terutama seniornya, Emily Charlton (Emily Blunt). Gaya hidup yang berbeda dan tekanan sang bos itu sempat membuat Andy stress, hingga ia bertemu Nigel (Stanley Tucci), salah satu orang kepercayaan Miranda. Melalui Nigel, ia belajar menyesuaikan gaya busana, aksesoris, dan make up. Pendek kata ia merubah kepribadiannya. Aksi nyata Andy mengubah penampilannya mempengaruhi sikap Miranda. Ditambah dengan kemampuan Andy mengerjakan tugas-tugas yang diberikan membuatnya semakin dipercaya sang bos. Namun, karirnya pekerjaannya yang semakin cemerlang berbanding terbalik dengan kehidupan pribadinya. Tentu saja, karena hari-harinya sibuk melayani semua keperluan sang atasan hingga hubungan Andy dengan pacar serta teman-temannya merenggang. Di sinilah sisi-sisi dilematis yang dramatis di ramu cukup baik meski tetap tidak meninggalkan sisi komedi.
Hingga akhirnya, Andy merasa harus mengakhiri dilema. Dan ia memilih kehidupan pribadinya bersama pacar, keluarga, dan kawan-kawannya dibanding kesuksesan karirnya.
The Devil Wears Prada adalah karya adaptasi kedua David Frankel setelah Sex and the City. Bersama Wendy Finerman dan Karen Rosenfelt sebagai produser, ia membawa karya ini meraih penghargaan dari the National Board of Review dan The American Film Institute sebagai 10 film terbaik. Pada pertengahan Desember 2006, karya ini juga mendapat nominasi Golden Globe Award sebagai Best Picture (Comedy/Musical) dan Supporting Actress (Blunt).
Pengambilan gambar dilakukan dibeberapa tempat, diantaranya The McGraw-Hill Building, kantor majalah Runway, beberapa perkantoran di Manhattan, showroom milik Calvin Klein, The American Museum of Natural History. Kesemuanya berada di New York, Amerika. Pengambilan gambar juga dilakukan di Paris. Pemilihan Paris tentu saja bukan tanpa alasan, karena kota ini menjadi kiblat tren busana dunia.
David Denby dalam New Yorker menyatakan kritiknya bahwa film The Devil Wears Prada mengangkat kisah yang umumnya terjadi. Artinya tidak ada sesuatu yang unik dari film tersebut. Meski demikian, penghargaan dan nominasi penghargaan atas film ini cukup menjadi bukti kualitasnya.
Novel karya Weisberger yang telah diterjemahkan kedalam 37 bahasa ini tentu berimbas pada mudah diterimanya film adaptasinya oleh masyarakat internasional. Maka tidak salah jika, film the devil wears prada menjadi salah satu koleksi terbaik saya.

Posting Komentar

Tentang Blog ini

Blog ini lahir karena motivasi penulis untuk mengabadikan beragam dokumentasi pribadi, baik berupa tulisan maupun gambar. Pengalaman pendidikan penulis di bidang bahasa dan budaya memberikan warna tersendiri dalam pemilihan tema, koleksi tautan, dan topikalisasi tulisan. Selamat Membaca dan Turut Memberi Warna

  © Blogger template Starry by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP