Senin, 20 Juli 2009

Bahasa dan Persebarannya

Perbincangan mengenai bahasa dan isu kebahasaan tampaknya akan semakin ramai dan menarik. Karena jika dipandang dari sudut pandang perkembangannya, bahasa dianalogikan seperti organisme atau makhluk hidup yang terus tumbuh dan berkembang secara dinamis. Secara sederhana dapat digambarkan bahwa dalam kurun waktu yang bersamaan, beberapa bahasa punah dan beberapa yang lain lahir atau tumbuh berkembang. Dunia bahasa manusia berpotensi menciptakan fenomena alam yang unik. Mengapa demikian? Karena bahasa merupakan unsur yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa tumbuh dan lekat bersamaan dengan proses tumbuh-kembangnya peradaban penuturnya.



Kridalaksana menggambarkan bahasa sebagai suatu sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Joseph Bram menuliskan definisi bahasa secara serupa namun lebih spesifik yaitu sistem simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan manusia sebagai alat berkomunikasi. Dari pendapat para ahli tentang hakikat bahasa, dapat disimpulkan beberapa prinsip yang dimiliki bahasa, yaitu: bahasa merupakan sebuah sistem yang teratur, direpresentasikan dalam bentuk tanda atau lambang bunyi, bersifat produktif, unik karena memiliki ciri yang berbeda antara satu sama lain, bersifat universal, mempunyai variasi-variasi, difungsikan sebagai alat komunikasi, dan digunakan untuk berbagai keperluan. Dari pendapat dan analisa para ahli diatas, telah jelas kiranya hakikat dan posisi atau fungsi bahasa bagi manusia dan kehidupannya.
Sejak dimatangkannya bangunan keilmuan linguistik pada abad 20an, Saussurre telah berinisiatif membagi sudut pandang kajian bahasa kedalam dua hal, yaitu sinkronis (mengkaji elemen pembentuk bahasa dalam kurun waktu yang sama) dan diakronis (mengkaji hubungan antar bahasa dalam beberapa kurun waktu). Pembahasan bahasa dari kedua sudut pandang tersebut belum sepenuhnya tuntas hingga saat ini, bahkan terus berkembang seiring dengan laju perkembangan dan persebaran bahasa itu sendiri.
Baik linguistik sinkronis maupun diakronis, keduanya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, tentu saja karena keduanya berangkat dari sudut pandang serta arah yang berbeda. Oleh karena itu, menyajikan pembahasan mengenai keduanya dalam satu tulisan tentu tidak mudah meskipun kajian mengenai proses historis sebuah bahasa selalu melibatkan kajian mengenai aspek sinkronis bahasa tersebut.
Penelitian dan telaah mengenai sejarah perkembangan sebuah bahasa serta hubungan historis dengan bahasa lain terus dilakukan oleh para ahli. Hal tersebut dilakukan untuk menjawab kegelisahan ilmiah tentang asal usul bahasa. David Crystal dalam The Cambridge Encyclopedia of Language mengemukakan analisisnya bahwa para pakar bekerja keras untuk menemukan korespondensi-korespondensi yang serupa pada sekelompok bahasa dengan melakukan proses pembandingan secara sistematis dan rinci. Jika terdapat kemiripan korespondensi antar bahasa yang dibandingkan tersebut, maka diasumsikan bahwa mereka berasal dari induk bahasa yang sama. Kajian tentang bahasa dan proses tumbuh-kembangnya tersebut banyak mengundang perhatian ilmuwan bahasa sejak abad 18.
Pada perkembangan selanjutnya, August Schleicher, seorang ahli bahasa berkebangsaan Jerman, menjelaskan konsep bahasa berkerabat melalui konsep pohon keluarga (family tree). Dalam keluarga bahasa Romawi, bahasa Latin dianalogikan sebagai orang tua atau induk, sedangkan bahasa Perancis, Spanyol, dst sebagai anaknya. Akan tetapi tidak semerta-merta dapat digambarkan bahwa tahapan perkembangan bahasa sama persis dengan tahapan perkembangan organisme. Dengan kata lain, tidak begitu saja dapat disimpulkan bahwa bahasa induk mati setelah anaknya lahir, atau ketika anak bahasa muncul dan berkembang maka tidak ada kontak dengan anak-anak bahasa yang lain.
Dengan bermunculannya para ahli yang memusatkan perhatian pada kajian diakronis ini, maka semakin mantap pula payung keilmuan Linguistik Historis Komparatif yang memang dikonsentrasikan untuk memberikan ulasan mendalam tentang hakikat bahasa dari sisi perubahan dan perkembangannya dari satu masa ke masa lain. Tumbuh suburnya kajian ini tentu tidak lepas dari asumsi dasar bahwa bahasa-bahasa yang dituturkan saat ini tidak mungkin muncul tiba-tiba. Dengan kata lain, bahasa-bahasa tersebut memiliki relasi atau kekerabatan dengan bahasa-bahasa yang dituturkan dimasa lampau, yang mungkin saja sudah punah. Untuk itulah diperlukan proses ilmiah untuk mendapatkan bukti empirik adanya kekerabatan pada sekelompok bahasa. Mbete memposisikan kajian diakronis sebagai satu cabang linguistik yang bertugas menafsirkan masa silam, khususnya mengenai kekerabatan sekelompok bahasa.

Diulas dari berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Blog ini

Blog ini lahir karena motivasi penulis untuk mengabadikan beragam dokumentasi pribadi, baik berupa tulisan maupun gambar. Pengalaman pendidikan penulis di bidang bahasa dan budaya memberikan warna tersendiri dalam pemilihan tema, koleksi tautan, dan topikalisasi tulisan. Selamat Membaca dan Turut Memberi Warna

  © Blogger template Starry by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP