Senin, 20 Juli 2009

Bahasa dan Masa Lalunya (Hantaran Sederhana Untuk Keluarga Bahasa)

Kajian tentang bahasa sebagai bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan peradaban manusia selalu melahirkan beragam tanya. Kontroversi, isu terbaru, dan persoalan pelik yang tercipta dari persinggungan bahasa dan masyarakat penuturnya semakin menyegarkan khasanah keilmuan, khususnya disiplin ilmu linguistik.
Tepatnya kapan bahasa lahir tentu saja sulit untuk diungkap, mengingat para ilmuan pun tak mampu menentukan secara jelas umur bumi dan manusia. Akan tetapi yang dapat kita yakini adalah bahwa secara alamiah manusia pasti membutuhkan media untuk mengungkapkan ide yang ada dalam pikirannya. Dalam hal ini, bahasa memegang peran yang sangat penting dan telah bertahun-tahun digunakan sebagai alat bantu manusia untuk berkomunikasi dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Dalam buku An Introduction to Historical Linguistics karya Terry Croewly (1992: 23-24), diangkat satu fenomena tentang adanya keberagaman cerita-cerita masa lampau yang dituturkan oleh masyarakat yang berbeda kultur dan bahasa. Kesamaan cerita tersebut tentu saja tidak terjadi secara kebetulan. Pasti ada proses-proses alamiah. Sehingga diasumsikan bahwa pada dasarnya ada beberapa komunitas masyarakat yang memiliki kekerabatan erat satu sama lain. Begitupun bahasa, telah banyak penelitian yang membuktikan adanya kekerabatan antar beberapa bahasa. Dengan kata lain, bahasa-bahasa modern yang saat ini ada sejatinya berasal dari satu bahasa induk. Dari fakta ilmiah tersebut, muncullah konsep proto bahasa.



Perbincangan mengenai keluarga bahasa akan menarik pikiran kita tentang asal bahasa yang kita tuturkan setiap hari. Para ahli linguistik telah berupaya keras untuk melakukan investigasi ilmiah dan kemudian membuktikan bahwa bahasa-bahasa yang dituturkan masyarakat di daratan Asia Pasifik Tenggara merupakan rumpun keluarga bahasa Austronesia. Perdebatan yang lalu muncul adalah menentukan negeri asal bahasa tersebut. Beberapa ahli berpendapat bahasa tersebut berasal dari daratan Asia dengan tempat yang bervariasi, sedangkan sebagian yang lain berpendapat asal bahasa tersebut adalah Indonesia (Moeliono. 1989: 184). Akan tetapi perbedaan pendapat para ahli tersebut tidak akan dibahas dalam makalah ini. Penulis membuka topik bahasan dalam makalah ini dengan meletakkan satu konsep ilmiah tentang kekerabatan bahasa sebagai akibat dari mobilitas manusia dan hasrat alamiahnya untuk mengembangkan diri serta usaha-usahanya untuk melakukan simplifikasi dalam hidupnya.
Mobilitas manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya telah menimbulkan beragam perubahan, evolusi, dan perbaikan dalam setiap aspek-aspek kehidupan. Karena manusia bermobilisasi atau berpindah dan bergerak, mereka melakukan kontak fisik dengan manusia dibelahan daerah lain yang tentu saja memiliki karakter, budaya, terutama bahasa yang berbeda. Fenomena yang akan dibahas lebih dalam adalah yang ketiga, yaitu perubahan bahasa akibat dari percampuran komunitas-komunitas yang berbeda. Lalu dari fenomena tersebut lahir istilah language contact. Sarah G. Thomason dalam bukunya Language Contact. An Introduction (2001: 158) menuliskan definisinya secara sederhana sebagai suatu bahasa yang digunakan untuk komunikasi antar kelompok masyarakat.
Language contact timbul dari keinginan manusia dari latarbelakang bahasa yang berbeda untuk tetap bisa berkomunikasi dengan baik. Oleh karena itu language contact bisa berwujud apa saja; percampuran dua atau lebih bahasa yang berbeda atau penetapan satu bahasa sebagai bahasa yang dituturkan bersama-sama oleh penutur yang berbeda bahasa (lingua franca) (Thomason. 2001: 158).
Setelah melihat beberapa konsep dasar bahasa dan lingkup praktisnya diatas, kita dapat mengamati fenomena nyata yang ada dilingkup terdekat kita. Bahasa Melayu merupakan bahasa yang memiliki batasan paling luas dari rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini telah digunakan sejak hampir sepuluh ribu tahun yang lalu. Daerah tuturannya meliputi pantai Afrika di Madagaskar, pegunungan taiwan, dan kepulauan Asia Tenggara (Collins. 2005: 1). Seperti telah diketahui bahwa bahasa Austronesia menurunkan bahasa Austronesia Timur dan Austronesia Barat. Bahasa Austronesia Barat menurunkan bahasa Melayu, Jawa, Sunda, dan Madura (Thomason. 2001: 185). Pernyataan tersebut tentu telah melalui proses penelitian ilmiah sesuai dengan langkah-langkah rekonstruksi bahasa.
Lantas apa yang mendasari persebaran bahasa dan kelahiran bahasa baru akibat dari persebaran manusia? Pertanyaan tersebut tentu tidak dapat dijawab secara sederhana serta perlu penjelasan-penjelasan ilmiah. Akan tetapi satu hal yang cukup masuk akal bahwa persebaran manusia memiliki korelasi terhadap persebaran bahasa. Perkembangan peradaban manusia tentu berimbas pada perkembangan bahasa yang dituturkannya pula, karena bahasa dan penuturnya saling mempengaruhi satu sama lain. Konsep ini secara ilmiah dirumuskan dalam Whorfian Hypothesis yang menyebutkan bahwa ada relasi antara budaya dan bahasa (Wardaugh. 1986: 212).
Setelah kita berbicara tentang persebaran bahasa secara umum, mari kita amati lebih dekat bahasa yang kita tuturkan sehari-hari, yakni bahasa Indonesia. Negeri ini memiliki tingkat pluralitas yang cukup tinggi hampir ditiap aspek kehidupannya. Masyarakatnya mendiami ratusan pulau-pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Masyarakat tersebut berbeda adat istiadat, agama, ras, suku, dan tentu saja bahasanya. Beragam masyarakat tersebut berkumpul melakukan aktivitas sosial seperti berdagang, menyebarkan agama, dll dalam satu tempat. Satu alat utama yang mereka perlukan agar komunikasi berjalan dengan baik yaitu bahasa pemersatu atau lingua franca. Mustahil tanpa bahasa tersebut masyarakat multilingual tersebut dapat memenuhi kebutuhan bersama. Bahasan tentang lingua franca menjadi menarik ketika kemudian timbul fenomena-fenomena kebahasaan lain yang mengikutinya. Kemungkinan-kemungkinan terjadi percampuran bahasa, peminjaman kosakata, peralihan unsur fonologis, dsb akan dijabarkan dalam topik bahasa bahasa pijin dan kreol yang sebenarnya berada dibawah payung kajian sosiolinguistik.

Diambil dari beragam sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Blog ini

Blog ini lahir karena motivasi penulis untuk mengabadikan beragam dokumentasi pribadi, baik berupa tulisan maupun gambar. Pengalaman pendidikan penulis di bidang bahasa dan budaya memberikan warna tersendiri dalam pemilihan tema, koleksi tautan, dan topikalisasi tulisan. Selamat Membaca dan Turut Memberi Warna

  © Blogger template Starry by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP