Selasa, 21 Juli 2009

NOVEL BEYOND ILLUSION KARYA DUONG THU HUONG

“…kita tidak sungguh-sungguh memikirkan masalah sampai tuntas. Kita mencangkuli satu lahan pertanian, lalu meninggalkannya untuk menggarap lahan lain, bahkan sebelum sempat menebar benih. Kita tidak mampu berpikir mendalam, mengakar…” Nguyen

“…jadilah kita orang-orang dangkal, superficial, impulsive. Setiap masyarakat memang punya kekuatan dan kelemahan sendiri. Tapi hanya bangsa yang berani mengakui kelemahan dan kegegalannya sendiri adalah bangsa besar. Maut berawal ketika rasa puas diri mulai timbul. Persis seperti halnya seorang pengarang yang menganggap karya-karyanya sudah mencapai puncak seni. Sebuah bangsa yang hanya tahu hidup berpuas diri dengan apa yang sudah dicapai dan tidak berbuat apa-apa lagi, tinggal menunggu kehancuran..” Nguyen



Begitulah cinta. Cinta memberikan aura misteri pada sang kekasih, pesona dan keharuan yang akarnya hanya dapat ditemukan dalam baying-bayang piker dan rasa. Dan cinta meruntunkan pemertanyaan tak putus-putusnya, daya tariknya tak bisa ditolak, misterinya tiada waras..” Linh

Debu apa kiranya telah dititiskan dalam diri ini, hingga suatu hari nanti kepadaku debu’ku mesti kembali? Lan

Dan langit menyaputkan mega
Hujan mengaburkan jua
Bayang-bayang kekasih tercinta

Bayang-bayang kekasih tersayang
Pelahan menghilang dihujan

”..aku sudah datang lebih dari satu kali sejak kalian disini. Memang benar: Aku masih mencintai kamu. Tetapi orang harus mengenali batas-batas dirinya. Seandainya aku tidak belajar hidup dengan pikiran dan kepedihan akan kehilangan kamu, bagaimana aku mampu bertahan? Kau menganggapku orang kudus, sesuci yang bisa kau angankan tentang orang suci. Tapi waktu kau melihatku dalam cahaya siang benderang, melihat bahwa orang kudusmu tak lebih dari sebungkah tanah liat kering dioles cat, kau campakkan itu kejalan tanpa kau pernah melirik lagi kebelakang. Tetapi aku bukan orang suci yang terbikin dari semen, aku laku-laki yang harus menjalani kenyataan hidup seorang laki-laki..” Nguyen

“… saat-saat kelemahan, kepengecutan, kehilafan, itu terjadi pada setiap orang. Yang penting ialah mengetahui mengapa kita terperosok kesitu, melihat kalau-kalau kita bisa memaafkan.” Nguyen

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Blog ini

Blog ini lahir karena motivasi penulis untuk mengabadikan beragam dokumentasi pribadi, baik berupa tulisan maupun gambar. Pengalaman pendidikan penulis di bidang bahasa dan budaya memberikan warna tersendiri dalam pemilihan tema, koleksi tautan, dan topikalisasi tulisan. Selamat Membaca dan Turut Memberi Warna

  © Blogger template Starry by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP