Selasa, 21 Juli 2009

The Blessing Borobudur


Menjelang liburan semester pertama, saya dan tiga orang teman berinisiatif untuk mengunjungi salah satu situs budaya kebanggaan Bangsa Indonesia, Borobudur. Dari terminal Jombor Yogyakarta, kami berangkat menuju Magelang. Setelah 2.5 jam perjalanan, kami sampai dan sepakat menyewa 1 paket perjalanan andong seharga 75.000 dengan tujuan 3 candi sekaligus, yaitu candi Mendut, Pawon, dan Borobudur. Berikut ini
Candi Buddha yang megah ini terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, tepatnya kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Salah satu hasil penelitian budaya menyebutkan bahwa berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis, pendiri Borobudur adalah raja Samaratungga dari dinasti Syailendra, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, sekitar 824 M. Bangunan raksasa tersebut diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.



dan beduhur dengan arti ’tinggi’

STRUKTUR BOROBUDUR
Candi Borobudur berbentuk 10 tingkat punden berundak dengan tinggi 34,5 meter, terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa Budha utama yang menghadap ke arah barat sebagai puncaknya. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Disebutkan dalam mahzab Budha Mahayana, setiap manusia yang ingin mencapai tingkat tertinggi sebagai Budha harus melalui setiap sepuluh tingkatan Bodhisattva. Maka tak heran jika, Candi Budha yang cantik ini menyimpan kekayaan peradaban manusia yang tersimpan abadi dalam 1460 relief dan 504 stupanya.
Bagian kaki atau dasar Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai nafsu rendah (kama). Sebagian besar bagian ini tertutup oleh tumpukan batu. Terdapat 120 bagian cerita Kammawibhangga.
Pada bagian ini, saya bersama salah seorang teman sempat mengambil gambar
Empat lantai di atasnya dinamakan Rupadhatu. Rupadhatu dilambangkan sebagai dunia yang dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Pada bagian seperti gambar disamping, patung-patung Buddha diletakkan ditempat terbuka yaitu di ceruk-c eruk dinding di atas ballustrade atau selasar.
Pada tiga tingkat di atasnya, Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang yang disebut Arupadhatu. Bagian ini melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan pula alam atas, ketika manusia terbebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, tapi belum mencapai nirwana atau surga. Meski berada di ketinggian dengan cuaca yang panas, kami sempat mengabadikan beberapa sudut bersejarah ini.
Bagian paling atas disebut Arupa yang tempat Budha bersemayam yaitu nirwana. Pada tingkat tertinggi ini digambarkan tiadanya wujud dengan stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa berbentuk polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished Buddha. Dalam gambar disamping, kami berempat berfoto tepat disisi stupa teratas dan terbesar sekaligus menandai ketangguhan kami mendaki Borobudur.
Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock yaitu seperti balok-balok Lego yang bisa menempel tanpa lem.
RELIEF
Di setiap tingkatan dipahat relief-relief yang dapat dibaca sesuai arah jarum jam (mapradaksina). Relief-relief yang berisi beragam cerita, diantaranya cerita jātaka tersebut dibaca mulai sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya. Sayang sekali hanya dua gambar relief diatas saja yang sempat kami abadikan.

TAHAP PEMUGARAN CANDI
Informasi tentang tahap pemugaran candi Borobudur dapat dibaca di papan informasi di pintu keluar kompleks utama candi. Gambar disamping adalah salah satu sisinya.

1814 – Seorang Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, Sir Thomas Stamford Raffles, mendengar informasi penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Lalu ia memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan yang berupa bukit bersemak.
1873 – Penerbitan pertama monografi candi.
1900 – Penetapan panitian pemugaran dan perawatan candi Borobudur oleh pemerintahan Hindia Belanda.
1907 – Theodoor van Erp dipercaya memimpin pemugaran hingga tahun 1911.
1926 – Pemugaran kembali candi Borobudur, namun krisis malaise dan PD II, proses tersebut terhenti pada 1940.
1956 – pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO. Prof. Dr. C. Coremans dari Belgia untuk meneliti sebab kerusakan Borobudur.
1963 – Akibat kerusakan paska peristiwa G-30-S, dikeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur oleh pemerintah Indonesia.
1968 – UNESCO memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur dalam konferensi-15 di Perancis.
1971 – Pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
1972 – UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat sebagai biaya pemugaran.
10 Agustus 1973 – Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur yang selesai pada tahun 1984.
21 Januari 1985 – Akibat Serangan oleh kelompok Islam ekstrem pimpinan Habib Husein Ali Alhabsyi, terjadi kerusakan beberapa stupa.
1991 – Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO.

Tulisan diatas dirangkai berdasarkan pengamatan langsung dan beberapa situs berikut
Situs web resmi PT. Taman Wisata Candi
UNSECO: Informasi terperinci mengenai Candi Borobudur (format PDF)
Sebuah situs yang didedikasikan untuk Candi Borobudur secara khusus dan candi-candi lain di Jawa Tengah pada umumnya

Gambar-gambar diambil langsung dan adalah milik pribadi.

0 komentar:

Posting Komentar

Tentang Blog ini

Blog ini lahir karena motivasi penulis untuk mengabadikan beragam dokumentasi pribadi, baik berupa tulisan maupun gambar. Pengalaman pendidikan penulis di bidang bahasa dan budaya memberikan warna tersendiri dalam pemilihan tema, koleksi tautan, dan topikalisasi tulisan. Selamat Membaca dan Turut Memberi Warna

  © Blogger template Starry by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP